Kamis, 23 Mei 2013

Kami Hadir di Tabloit Elshinta

Yuhu... Kami Hadir di salah satu halaman Tabloit "ELSHINTA" edisi bulan Mei 2013. Bagi kalian yang belum sempet beli dan baca majalahnya.Tidak perlu bingung ya,^_^ karena kami akan menampilkan beberapa foto dan artikelnya di blog ini. Silahkan membaca ya.. Semoga bisa menjadikan inspirasi bagi sobat muda semuanya untuk bisa menjadi pengusaha muda yang sukses. 


Berawal dari tekad tidak ingin bekerja kantoran, membawa Vidia mahasiswa IPB menjadi produsen tas lokal di Bogor. Berpegang pada prinsip penjualan online, Vidia mampu meraup omset Rp 280 juta perbulan. Tidak ada matinya, mungkin cocok dialamatkan pada bisnis fashion. 
Terbukti makin banyaknya pebisnis yang melirik fashion sebagai lading bisnis yang menjanjikan. Apalagi, masayarakat mulai menganggap kebutuhan mengikuti trend fashion sebagai sebuah keharusan. Gejala ini ditangkap para pelaku bisnis yang mulai tertarik berpindah menggeluti bisnis fashion yang mencakup baju, tas, aksesori dan lainnya. Ini pula yang menjadikan Vidia, wanita kelahiran 22 Desember 1987 ini mampu menangkap peluang bisnis tas yang membawanya menuju sukses.

Memang menjadi harga mati bagi Vidia untuk tidak terjebak menjadi pegawai kantoran dan lebih memilih bisnis sebagai penghasilan. “Dari awal kuliah saya sudah tahu bahwa saya tidak akan menggeluti profesi sebagai pelajari. Saya suka bisnis. Saya mau hidup dari berbisnis, bukan dikendalikan orang lain”. Paparnya. Maka Vidia pun mencoba bisnia kecil-kecilan dan belajar mengenal seluk beluk dunia bisnis.”Saat kuliah memasuki tahun ke-3 di IPB, saya coba untuk mulai berbisnis. Asal saya dari Lombok dan di sana banyak hasil alam yaitu mutiara. Saya berfikir akan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, sebab wanita mana yang tidak suka  perhiasan. Saya yakin akan berhasil menawarkan mutiara pada teman-teman kampus di IPB,” terangnya.

Di Bisnis pertamanya itulah, Vidia mendapat pengetahuan bisnis pertamanya. “ Sebenarnya saya sudah menduga kalau bisnis tidak akan semudah bayangan saya. Dari bisnis pertama ini saya tahu tidak semua bisnis bisa dijalankan begitu saja. Contohnya mutiara, segmentasi pasarnya harus tepat. Tidak bisa main asal jualan di kampus dan menawarkan lalu berharap ada yang tertarik. Ternyata jangankan sekedar menanyakan harga, menyentuh barang dagangan saya saja mereka seperti enggan,”ungkap Vidia.



MODAL 800 RIBU

Belajar dari pengalaman, membuat Vidia lebih cermat mengambil langkah untuk memajukan usahanya. “Saya berfikir kalau hanya berjualan di kampus saja bisnis ini akan benar-benar mandeg. Akhirnya saya coba tawarkan ke orang-orang yang memang tertarik dengan perhiasan semacam ini. Target saya adalah ibu-ibu yang cukup ekonominya. Apa yang saya kerjakan ini berhasil dan membuat saya bisa mendirikan outlet kecil di salah satu mall di Bogor,” uangkapnya. Tapi Vidia tidak berpuas diri,” Usaha mutiara saya memang berjalan cukup baik, dalam arti tidak merugi. Mutiara memang bukan kebutuhan primer manusia ditambah lagi hanya kalangan tertentu saja yang tertarik ingin memilikinya. Barang yang kurang luas pangsa pasarnya itu, membuat saya menyadari tidak akan mudah maju berjalan mutiara,” kenang ibu satu anak ini. 
Tak disangka, dari mall tempatnya berbisnis mutiara, Vidia melihat peluang baru, peluang bisnis, di dunia fashion. “ dari berjualan di mall saya melihat banyak yang berjualan tas. Saya coba amati ada saja yang membeli walaupun tas juga tidak termasuk kebutuhan pokok manusia. Saya melihat ada peluang industry tas makanya kenapa tidak saya mencoba usaha yang terlihat cukup menjanjikan saat itu, “ujarnya. 
Maka mulailah Vidia mencoba peruntungan di bisnis yang sama sekali baru bagianya ini. Ia memulai dengan modal seadanya.” Pertama kali mulai, saya menjadi distributor dan mengambil barang di Bandung tahun 2009. Saat itu saya mengeluarkan modal uang 800 ribu dan dapat 16 buah tas obral. Waktu itu saya belum begitu focus karena saya masih menjalani bisnis mutiara ditambah saya harus menyelesaikan tugas akhir saya untuk menjadi sarjana,”kata Vidia. 

PELUANG BISNIS DI FB

Awalnya Vidia sempat bimbang dihadapkan pada pilihan sulit diantara cepat menyelesaikan tugas akhir atau mengurusi bisnis yang sedang mengalamai peningkatan.” Saya merasa mempunyai peluang dalam bisnis tas. Modal 800 ribu yang saya keluarkan terus berputar cepat dan member banyak keuantungan. Tetapi di sisi lain karena tanggung jawab saya kepada orang tua belum terselesaikan saya harus memilih focus kepada skripsi saya. Tetapi saya tidak betul-betul meninggalkan bisnis baru terlihat cerah dimata saya,”ungkapnya.
Vidia menemukan solusi masalahnya melalui jejaring sosial Facebook.” Pertama kali melihat Facebook saya merasa bahwa jejaring ini selain dijadikan tempat pertemanan juga dapat menjadi ajang promosi. Akhirnya saya ubah sistem berjualan yang awalnya hanya mulut ke mulut dan melalui bazaar. Saya coba jualan melalaui Facebook. Saat tahun 2009 belum banyak yang melakukan promosi di Facebook tetapi, tetapi saya cukup optimis. Saya coba foto tas-tas jualan saya memakai kamera Handphone dan saya sebar di facebook saya”katanya.

Keputusan dan kreativitas itu berbuah manis. “ Melalui Facebook perkembangan sangan baik. Apalagi saat itu belum ada pembatasan-pembatasan dari pengelola Facebook, membuat pengguna leluasa memasarkan produk lewat jejaring sosial tersebut. Dalam satu hari minimal saya mendapatkan omset 1 juta rupiah. Itu tahun 2009 semenjak saya mengubah cara berjualan ke sistem online. Dua tahun saya bertahan menjadi distributor dengan menjalankan sistem online,”katanya lagi. Vidia ingin usahanya tidak membuat kaya si pemilik barang itu saja. Seperti tekad awalnya yang tidak ingin menjadi pekerja bagi orang lain, Vidia memberanikan diri untuk memproduksi tas sendiri baru satu tahun belakangan ini. Untuk memproduksi memang lebih banyak hal yang harus dikerjakan. Saya memutuskan untuk produksi sendiri karena saya ingin branding. Modal yang saya keluarkan untuk produksi dari 3 mesin. Harga satu mesin mencapai 3,5 juta. Total 50 juta rupiah modal yang saya keluarkan ,”paparnya lagi.



Kini, dengan bantuan total 8 mesin an 8 pengrajin, Vidia mampu memproduksi 160 lusin tas dan dompet wanita dengan range harga Rp 80 ribu – Rp 200 ribu. Dengan masih menjalankan sistem online, Vidia dibantu 10 orang pekerja memasarkan lewat online. Bisnisnya ini mampu meraup omset Rp 280 juta setiap bulan. Karena sudah nyaman dengan sistem penjualan seperti ini, Vidia mengaku tetap akan memilih memasarkan barangnya lewat online disbanding harus mempunyai outlet yang jangkauan pasarnya terbatas.
Vidia mampu memasarkan produknya sampai ke beberapa Asia seperti Malaysia dan Singapore. Dengan menggunakan brand tas Gembool, Vidia akan memperluas bisnisnya dengan meluncurkan dua brand baru yang berbeda dengan brand sebelumnya. 


Majalah Elshinta - Edisi Mei 2013


distro2 620x90


Tidak ada komentar:

Posting Komentar